Sahabatnews.com-Medan| Bangsa Indonesia yang majemuk ini, harus dirawat agar jangan sampai perbedaan membawa perpecahan, sebab, perbedaan itu sebuah keniscayaan dan sunatullah.
Tugas kita sebagai warga bangsa yang hidup ditengah masyarakat yang multikultural, menjaga harmoni tersebut dalam bingkai persatuan, persaudaraan dalam semangat kebangsaan.
Hal ini di sampaikan Prof Dr Ansari Yamamah, MA saat di undang mengikuti kegiatan dialog antar umat beragama, berlangsung di Kantor Pusat HKBP Kota Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara, Kamis 17 Oktober 2024 waktu lalu.
“Semangat kebangsaan yang sudah tumbuh baik di tengah masyarakat kita, harus kita jaga, kita rawat dan perkuat diantara banyak perbedaan, namun perbedaan itu tidak perlu diperdebatkan, sebab prinsip keyakinan sudah diatur dalam keyakinan masing-masing, namun aspek sosial kita perkuat, perluas dan tebarkan kebajikan ditengah umat dan bangsa yang kita cintai ini,”ujar Prof Ansari kepada media, Selasa (22/10) di Medan.
Founder Islam Transitif ini berharap, lewat para penutur agama, prinsip relasi sosial kemanusiaan ini hendaknya terus disampaikan kepada masyarakat, tanpa perlu mengkaji dan memperdebatkan soal keyakinan, suku, ras dan sebagainya, yang itu hanya melahirkan sikap-sikap perlawanan secara horizontal imbasnya harmoni terganggu, ekonomi dan pembangunan umat dan bangsa tercederai.
“Lewat penutur agama baik ustad, pendeta, biksu dan sebagainya, mari sampaikan dakwah dan ceramah agama kepada umat masing-masing secara sejuk, damai dan tanpa menista agama manapun, kedepankan sikap toleransi, tolong menolong dan peduli tanpa melihat latar belakang perbedaan, dan saya apresiasi HKBP telah memulainya dengan berbagai kegiatan sosial yang memberi manfaat kepada orang lain, alam sekitar dan lingkungan sosial, tanpa melihat dan mempertanyakan hal-hal berbeda tersebut,” ujar Guru Besar UIN Sumut ini tegas.
Tokoh Melayu ini berharap, kedepannya ada dialog yang bersifat strategis antar tokoh agama, berbicara tentang membangun bangsa yang majemuk ini, agar kuat, kokoh dalam persatuan dalam balutan semangat toleransi yang tinggi.
“Kita semuanya berharap, mari jadikan keberagaman ini sebagai modal bagi bangsa kita yang pluralis ini memperkuat soliditas sosial diantara anak bangsa, sebab perubahan global yang terjadi begitu cepat, terkadang membawa berbagai isu-isu agama yang belum tentu kebenarannya, maka menjadi tugas para penutur agama untuk mendinginkan (cooling system) sehingga tidak terjadi hal-hal yang bisa merugikan baik bagi diri sendiri maupun orang lain,”ujar Datuk Pandya Wangsa.
Hadir dalam dialog keberagaman tersebut diantaranya Ephorus HKBP Pdt Dr Robinson Butar-butar, Kepala Departemen Koinonia Pdt Dr Deaonal Sinaga, Ketua MUI Tapanuli Utara Drs. H. Syamsul Pandiangan,.Ibu Mika Purba dan Pendeta Tio.
Penulis : AS
Editor : Admin1