PANDEMI COVID-19 telah mengubah semua sendi kehidupan. Semua aktivitas dilakukan secara online, karena adanya larangan keluar rumah guna memutus mata rantai penyebaran virus yang telah menelan banyak korban. Konsep pendidikan juga berubah, tadinya proses belajar mengajar dilakukan secara tatap muka, sekarang menggunakan berbagai aplikasi jejaring sosial.
Hal ini ternyata sangat membosankan dirasakan sebagian besar mahasiswa. Hal tersebut terungkap dalam curhatan mahasiswa belajar daring, Senin (13/07/2020).
Banyak mahasiswa mulai mengeluhkan proses perkulihan dilakukan secara daring. Mulai adanya kebosanan dengan sistem ini, banyaknya tugas yang diberikan dosen, dan adanya kerinduan untuk berjumpa dengan kawan-kawan serta ingin merasakan kuliah tatap muka yang menurut mereka sangat membantu dalam memahami ilmu secara efektif.
Ada juga sebagian mahasiswa malah mengeluhkan sinyal internet yang tidak stabil ketika sedang mengikuti perkuliahan secara daring, sehingga banyak materi yang tidak dipahami akibat terputusnya jaringan internet. tambah lagi harus menyediakan kuota tiap harinya, karena kuliah online. Dan kami mahasiswa harus meminta uang kepada orang tua.
Miris nya, Uinsu (Universitas Islam Negeri Sumatera Utara) belum memberikan kami fasilitas,seperti kuota internet.
Berdasarkan survei dari salah satu lembaga organisasi di indonesia yaitu Lembaga Komunikasi Perguruan Tinggi (LKPT) Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (PP IPNU) potret realitas Pendidikan Tinggi di Tengah Pandemik Covid-19 (Corona Virus Diseases 19). Menunjukkan bahwa mayoritas mahasiswa menjawab pembelajaran daring masih belum berjalan efektif.
“Kondisi saat ini mahasiswa menginginkan dosen memberikan pelajaran yang kreatif, dan dapat menyesuaikan kondisi fasilitas pendidikan mahasiswa, seperti jaringan internet yang lemah di beberapa daerah di Indonesia,” kata Direktur LKPT PP IPNU Toufikur Rozikin merilis hasil surveinya pada Sabtu (2/5). Toufik menuturkan bahwa 69,45 persen responden menyebut pembelajaran daring tidak efektif, sedang yang menjawab efektif 24.58%, 2,63% kurang efektif, 1.91% tidak tahu, dan 1,43% menjawab lainnya. Hal tersebut sejalan dengan data mahasiswa yang belum mendapatkan dukungan pembelajaran daring dari pihak kampus, sebesar 80,67 persen. Hanya 14,08 persen yang mengaku sudah mendapatkan dukungan pihak kampus, sedang lainnya tidak mengetahui.
Sebagai informasi, survei ini melibatkan 419 mahasiwa, dari 34 provinsi di Indonesia. Periode pengambilan data dilaksanakan pada 23 April sampai dengan 1 Mei 2020 dengan menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Tercatat, 52,51 persen responden merupakan mahasiswa perguruan tinggi negeri dan 47.49 persen lainnya mahasiswa perguruan tinggi swasta. Pengisian kuesioner menggunakan formulir Google, dengan margin of error 5 persen.
Jakarta, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Menyatakan penduduk dunia harus belajar hidup berhadapan dengan Virus corona penyebab Covid-19. Sebab, menurut WHO, virus mematikan ini kemunginan tidak akan pernah hilang dari muka bumi.
Di kutip dari salalh satu media online nasional Direktur Kedaruratan WHO, Michael Ryan, mengatakan, Kamis (14/5), ‘’Ada sebuah virus baru memauki populasi manusia untuk pertama kalinya dan oleh karena itu sangat sulit memprediksi kapan kita akan menang menghadapinya,’’ Virus ini pertma kali muncul di Wuhan, China,akhir tahun lalu dan sejak saat itu telah menginfeksi 4,2 juta orang dan menewaskan sekitar 300.000 orang di seluruh dunia. ‘’Virus ini bisa menjadi endemik lain dalam masyarakat kita dan virus ini mungkin tak akan pernah pergi,’’ ujarnya dalam konferensi pers virtual di jenewa.
Menanggapi hal itu Ketua Rayon PMII FEBI UINSU Julhamdi lubis, berharap survei ini bisa menjadi referensi pemerintah dalam mengeluarkan kebijakan pendidikan. Tentunya agar mahasisiwa dapat menimba ilmu dengan baik, dan dapat belajar secara efektif dan efisien. ‘’ujarnya.
Aktivis Pergerakan tersebut mewakili mahasiswa di seluruh Indonesia, mengapresiasi kinerja pemerintah pusat, dalam menangani penyebaran pandemi Covid-19 di Indonesia. Namun tidak hanya sampai disitu, sebagai mahasiswa yang notabenenya tidak terlepas dengan kehidupan di kampus kebijakan kebijakan lain terkait dengan keringanan serta fasilitas mahasiswa juga perlu menjadi perhatian khusus, dimna jika kita beracuan pada sekala prioritas, pendidikan juga menjadi sangat penting, untuk itu ia berharap pemerintah pusat khususnya KEMENDIKBUD DAN KEMENAG RI dapat memberikan kemudahan bagi mahasiswa di masa pandemi ini tanpa membedakan setatus sosial dan latar belakang keluarganya mengingat yang menjadi korban virus covid-19 juga tidak melihat setatus sosial masyarakat yang artinya kita semua korban terus kenapa di beda beda kan?
Berkaca pada fasilitas dari kampus Universitas Islam Negeri Sumataera Utara di tengah pandemi ini, menurutnya belum bisa iya banggakan justru ia merasa minder, “ Aneh kita di UIN ini bang sama – sama negeri tapi kalah jauh sama tetangga depan (UNIMED), disana keringanan potongan UKT untuk seluruh mahasiswa bisa sampai 40 % dan perosesnya gak ribet kayak disini, sementara kita cuma 10 % prosesnya ribet macam yang gak ihklas dan ini bukan untuk semua mahasiswa lo ada klasifikasinya! ” pungkasnya.