Sahabatnews.com — Mandailing Natal | Sebagai Negara dengan penduduk beragama islam terbesar di dunia, Indonesia memiliki cerita tersendiri soal organisasi organisasi islam yang berkembang termasuk kehadiran Nahdlatul Ulama (NU) sebagai organisasi islam terbesar di Indonesia yang memiliki sejarah panjang dalam pengaruhnya bagi penganut islam di tanah air. Banyaknya perbedaan ideologi dan arah politik dalam agama di Indonesia, menjadi tanda munculnya sejarah NU yang lahir pada tanggal 31 Januari 1926 atas nama kaum tradisionalis dalam menanggapi fenomena yang ada di dalam dan luar negeri, khususnya di dunia Islam.
Sejak 7 Februari lalu Nahdlatul Ulama telah memasuki Usia tahun pertama pada abad keduanya namun rangkaian rangkaian acara syukuran dan do’a bersama tak henti hentinya hingga hari ini pada kamis (18/5/23), PWNU Sumatera Utara dan seluruh badan otonomnya melangsungkan acara Tasyakuran 1 Abad NU di Pondok Pesantren Mustafawiyah Purbabaru, KecamatanLembah Sorik Marapi, Kabupaten Mandailing Natal yang sebenarnya Pesantren tersebut adalah Pesantren tertua yang berada di Sumatera Utara
Hadir secara langsung Ketua Umum (Ketum) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf didampingi Sekretaris Jenderal (Sekjen) Saifullah Yusuf (Gus Ipul), Menteri BUMN Erick Tohir yang juga tokoh Nasional NU, ketua PWNU Sumut, Ketua PW IPNU SUMUT, ketua MUI Sumut, Kapoldasu Irjen Panca Putra, Pangdam I/BB, ketua PCNU Kab/Kota se-Sumut juga banom NU lainnya turut hadir memeriahkan dan mendukung keberlangsungan acara Tasyakuran 1 Abad NU tersebut.
Pada kesepatannya Wakil Gubernur Sumatera Utara Musa Rajekshah yang juga Ketua Panitia Tasyakuran 1 Abad Nahdlatul Ulama (NU) menyampaikan, pelaksanaan acara Tasyakuran 1 Abad NU di Pondok Pesantren Musthafawiyah (Pesantren Purba Baru), telah sesuai dengan permintaan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf.
Hal ini disampaikan Ijeck, saat menyampaikan laporannya pada acara Tasyakuran 1 Abad NU sekaligus Silaturahmi Akbar Warga dan Kader NU se-Sumut di Pelataran Ponpes Musthafawiyah.
“Perlu kami sampaikan rangkaian acara ini sesuai atas arahan Ketua Pengurus Nahdlatul Ulama, Gus Yahya. Saat Ketua PWNU Sumut Bapak Marahalim menyampaikan rencana acara ini, Gus Yahya merespons positif dan meminta agar pelaksanaannya dibuat di Pesantren Musthafawiyah,” ujar Ijeck.
Lanjut Ijeck, pihaknya menerima saran dengan antusias mengingat sejarah lahirnya NU pertama kali di Sumut berasal dari Madina, dicetuskan oleh Syeikh Musthafa bin Husein bin Umar Nasution Al-Mandaily yang juga pendiri Ponpes Musthafawiyah. Jadi Madina merupakan titik nol lahirnya NU di Sumut.
“Kami berterima kasih kepada Gus Yahya mengingat sejarah NU datang ke Sumut adalah dari orang tua kita Almarhum KH Mustafa Husein. Semoga acara ini dapat memperkuat silaturahmi kita sesama warga dan kader NU di Sumatera Utara,” ujar Ijeck.
Berbagai rangkaian kegiatan, kata Ijeck, telah dilaksanakan mengisi Tasyakuran 1 Abad NU ini mulai dari seminar nasional, halaqoh sejarah perjuangan NU di Sumut, lomba syubbanul wathon dan sholawat, Istighosah Kubro, Doa Bersama hingga Ziarah Kubro. Pada acara puncak juga dilaksanakan Pelantikan Pengurus PWNU Sumut dan Pelantikan Alumni Keluarga Besar Abituren Musthafawiyah (Kamus) Indonesia.
Hal ini dibenarkan Ketum PBNU Yahya Cholil Staquf atau yang akrab disapa Gus Yahua. Disampaikannya, Mandina menjadi titik nol berdirinya NU di Sumut.
“Di Mandailing Natal inilah titik nol Nahdlatul Ulama di Sumatera Utara, itu sebabnya saya sengaja secara khusus minta kepada Ketua Marahalim untuk menyelenggarakan upacara pelantikan pengurus di Pesantren Musthafawiyah ini, karena dahulu pada tahun 1945 pemimpin pondok pesantren ini menjadi salah satu pelopor hadirnya NU di Sumut,” katanya.
“PBNU saat ini sedang dengan keras melaksanakan suatu agenda jam’iyah, program organisasi yang disebut Gerakan Keluarga Maslahat NU, ini adalah cara NU untuk mendorong agar seluruh jajaran pengurusan sampai ke desa-desa secara serius memperhatikan apa yang jadi hajat masyarakat dan kemudian bekerja keras untuk memenuhinya,” ujarnya mengingatkan
Pada kesempatan yang sama Erick Tohir Tokoh NU Nasional yang juga Menteri BUMN Erick Thohir menyatakan jika mau menjaga Indonesia, maka haruslah menjaga Islam. “Kita tahu kemerdekaaan Indonesia tidak mungkin terjadi tanpa pengorbanan tokoh-tokoh Islam, para pesantren dan umat Islam itu sendiri. Jaga Islam, jaga Indonesia artinya bahwa ketika Islam diberkahkan Indonesia inshaAllah juga berkah. Ketika Islam dimajukan insya Allah, Indonesia juga maju,” ujarnya.
Disampaikan Erick, seperti yang dipesankan Ketua PBNU kepada dirinya, pendidikan dan ekonomi umat adalah kunci kemajuan untuk bangsa ke depan. “Karena itu sudah seharusnya kita umat Islam menghadirkan solusi sebagai wujud cinta kita tehadap bangsa ini. Mengadirkan solusi atas lapangan pekerjaan, menghadirkan solusi atas ekonomi kerakyatan, menghadirkan solusi atas kerukunan umat beragama sesuai dengan nafas yang kita punyai hari ini dan tentu terpenting juga menghadirkan solusi atas akses pendidikan,” katanya.
Lanjutnya, 1 abad NU menunjukkan bahwa NU sudah kuat, namun kekutan ini tidak cukup kalau tidak dibarengi dengan visi dan mentalitas yang kuat. “Abad kedua NU ini penting menjadi landasan kita ke depan untuk lebih baik lagi. Saya ucapkan terima kasih atas undangannya untuk menghadiri acara ini,” tutup Erick Tohir
Acara Tasyakuran 1 Abad NU dan Silaturrahmi Akbar ini dirangkai dengan pelantikan Pengurus Wilayah Nahdlatul (PWNU) Ulama Sumatera Utara, Lembaga, dan pelantikan DPP Kamus. Selain santri, penguatan Ahlussunnah Waljama’ah ini juga diikuti utusan dari setiap PCNU juga banom banom NU seluruh kabupaten dan kota seSumatera Utara. Sebagai narasumber yang memberikan materi adalah Kiyai Agus Nursoleh tentang Pengantar Aswaja An-Nahdliyah.
Kegiatan Penguatan Aswaja dibuka oleh wakil ketua Tanfidziyah PWNU Sumut Dr. Masdar Limbong, SE, M.Pd.
Kemudian Kiyai Armaidi menyampaikan “Sejarah Aswaja An-Nahdiyah”. Ketiga materi “Aswaja Sebagai Akidah dan Gerakan NU” disampaikan Amir Ma’ruf, dan Materi Aswaja NU dan NKRI disampaikan oleh Kiyai Mahmudi.
Memasuki abad kedua ini, NU mendapatkan momentum-momentum besar dalam pergerakannya. Di antaranya, banyak kader NU tersebar dan berkiprah di berbagai bidang dan demi kepentingan pembangunan bangsa dan peradaban. Hal ini tanda bahwa NU semakin memberikan pengaruh baik, menularkan dan meneguhkan peran serta pembangunan di tengah masyarakat.
Penulis : Sahabatnews.com
Editor : Admin7